Istilah saham turnaround dipopulerkan oleh Peter Lynch di dalam bukunya yang berjudul One Up On Wallstreet. Seperti namanya, saham turnaround merupakan saham yang mengalami perubahan haluan dari fundamental buruk menjadi fundamental yang lebih baik . Ini akan menciptakan sebuah momentum yang dapat mendorong kenaikan harga saham sehingga para trader dapat merasakan keuntungan dengan lebih cepat.
Tapi tahukah anda bahwa dalam prakteknya, turnaround ini bukan hanya tentang perubahan fundamental bisnis yang berdiri di belakang sebuah saham, tapi juga berbicara tentang perubahan perilaku pergerakan harga di market.
Gelombang
Banyak orang menyangka bahwa harga itu bergerak ngacak, padahal tidaklah demikian. Sebetulnya market itu memiliki sebuah pola tertentu, yang bila dianalisa dengan baik dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi trader seperti kita. Untuk memahami pergerakan market ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu cara market bergerak. Kita harus sadar bahwa market itu dinamis. Sekali waktu ia akan naik ke atas dalam periode yang cukup lama, lalu turun ke bawah dalam periode yang singkat, atau di lain waktu ia bisa bergerak mendatar selama berbulan-bulan bahkan tahunan, atau naik beberapa hari dan tiba-tiba turun selama berminggu-minggu dan seterusnya. Ibaratnya, market itu sama seperti air laut yang memiliki gelombang surut dan pasang dengan pola tertentu.
Meskipun terlihat rumit dan membingungkan, tetapi gerakan market tersebut sebenarnya hanya terdiri dari ayunan gerakan turun dari puncak ke lembah dan ayunan gerakan naik dari lembah ke puncak.
2 gerakan ini disebut hadou (gerakan gelombang) yang membentuk serangkaian pergerakan harga dalam pola tertentu di market didalam sebuah siklus waktu tertentu. Sebagai ilustrasi, coba lihat pergerakan MNCN dibawah ini

Perhatikan bagaimana MNCN selalu membentuk ayunan-ayunan tinggi (kotak merah) dan ayunan-ayunan rendah (kotak hijau). Ayunan-ayunan harga tersebut bisa bergerak konsisten naik ke atas, turun ke bawah atau mendatar. Bentuk ayunan-ayunan harga inilah yang disebut hadou. Hadou akan membentuk sebuah pola yang berulang, misalkan di dalam sebuah tren bullish, market akan cenderung membentuk hadou dengan pola dimana harga tertinggi dan harga terendah dalam sebuah periode tertentu akan diperbarui secara terus menerus. Hadou merupakan pondasi yang membentuk siklus market.
Siklus Market

Siklus market ada di semua instrumen keuangan yang ada di market. Entah itu saham, forex, komoditas, agri , mata uang digital dan lainnya. Siklus market yang terbentuk dari hadou merupakan elemen terpenting di dalam melakukan analisa market. Jika seorang trader dapat mengidentifikasi produk yang hendak diperdagangkan berada dalam fase apa, maka trader tersebut akan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan trader lainnya. Nanti anda akan mendapatkan gambaran lebih jelas tentang hal ini setelah selesai membaca artikel ini. Sekarang saya lanjutkan terlebih dahulu tentang apa itu siklus market.
Siklus market umumnya terdiri dari 4 fase yang berjalan secara berurutan dan berulang yaitu:
- Akumulasi
- Trend up (bullish)
- Distribusi
- Trend down (bearish).
Semua produk keuangan yang ada di market seharusnya mengalami 4 fase tersebut. Meski, untuk mengidentifikasi 4 fase ini di market memerlukan keahlian tersendiri. Keahlian ini dibangun dari pengetahuan, praktek membaca chart dengen jutaan jam terbang, kesabarab dan ketelitian. Tidak sulit dilakukan namun membutuhkan ketekunan tersendiri. Sekarang mari saya jabarkan pengertian dari masing-masing fase diatas.
Fase #1: Akumulasi
Harga tidak mungkin turun terus menerus. Setelah market mengalami fase penurunan yang cukup panjang dalam sebuah periode waktu tertentu, maka market akan mencapai sebuah kondisi jenuh jual yang membuat harga stop turun. Hal ini biasanya terjadi ketika harga di market jauh lebih rendah dari nilai produknya. Market lalu memfasilitasi buyer dan seller untuk sepakat terhadap rentang harga tertentu. Di fase akumulasi ini, tidak ada alasan fundamental yang bisa dijadikan acuan untuk mendorong harga ke atas atau untuk turun lebih dalam. Harga sudah dianggap “fair”. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai terjadi perubahan fundamental yang bisa dikaji oleh para trader untuk melakukan penaksiran nilai yang baru.
Secara umum, didalam fase akumulasi, kita akan menjumpai hal-hal berikut ini:
- Fase ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
- Harga bergerak mendatar ke samping (flat) dalam sebuah rentang harga tertentu.
- Sering terjadi false-break.
- Harga bergerak naik turun disekitar kumo.
- Kumo dari Ichimoku cenderung bergerak mendatar setelah harga turun.
Ini contohnya…

Sektor mining memasuki fase downtrend 21 Mei 2019 hingga 26 Maret 2020. Setelah itu, sektor mining masuk ke fase akumulasi yang berlangsung selama kurang lebih 4 bulan (area di dalam kotak). Perhatikan bagaimana Kumo Ichimoku flat pada saat itu, dan harga cenderung bergerak naik turun disekitar kumo. Kita juga melihat beberapa false break yang terjadi di level suport dan resisten, Harga bergerak mendatar ke samping dan berlangsung selama beberapa bulan. Ini adalah tanda-tanda fase akumulasi seperti yang saya jabarkan diatas. Namun perlu diingat, bahwa fase akumulasi ini hanya bisa dipastikan setelah fase ini berakhir, yaitu ketika harga “breakout” dari level resistennya dan bergerak menguat naik ke atas memasuki fase ke 2- trend up (bullish).
Apa Strategi Trading Terbaik Di Fase Akumulasi Ini?
Ketika kita berdagang di fase akumulasi seperti ini, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan membeli di area paling bawah dari zona akumulasi dan menjual di area paling atas dari zona tersebut.
Perhatikan ilustrasinya di chart dibawah ini…

Di dalam fase akumulasi, harga akan cenderung bergerak dari batas bawah (suport) ke batas atas (resisten). Strategi membeli di batas bawah zona akumulasi dan menjual di batas atas zona akumulasi akan memastikan kita mendapatkan resiko terkecil dengan profit paling maksimal. Tapi harap diingat, bahwa di dalam fase akumulasi ini, masih ada potensi harga menembus suport dan lanjut turun ke bawah. Namun, andaikata ini terjadi, resiko yang kita hadapi masih relatif kecil dibandingkan dengan profit yang bakal didapatkan.
Peringatan!
Banyak trader yang kehilangan uang di fase akumulasi ini. Salah satu sebabnya adalah mereka berdagang di tengah-tengah area konsolidasi ini. Dan ini membuat mereka rentan terhadap pengaruh pergerakan ayunan harga yang mudah sekali untuk bergerak ke atas maupun ke bawah. Perhatikan chart dibawah ini…

Fase #2: Trend up (bullish)
Dalam fase 2 ini, harga akan cenderung bergerak naik ke atas membentuk puncak dan lembah yang lebih tinggi dari sebelumnya, Umumnya, di dalam fase bullish ini anda akan menemukan hal-hal berikut ini:
- Fase ini biasa dimulai ketika market breakout fase akumulasi.
- Fase bullish ini bisa berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun.
- Market membentuk harga tertinggi baru yang lebih tinggi dari harga tertinggi sebelumnya.
- Ada lebih banyak hari-hari dimana market bergerak naik dibandingkan hari-hari dimana market turun.
- Market membentuk harga terendah baru yang lebih tinggi dari harga terendah sebelumnya.
- Ketika market bergerak naik, candlestick bullish mendominasi dan berukuran lebih besar dari candlestick bearish.
- Hari-hari market bergerak naik ke atas lebih banyak dari hari-hari koreksinya.
- Ada gerakan korektif yang bersifat sementara dengan ciri-ciri: candlestick berukuran kecil, tidak ada dominasi oleh candlestick tertentu, dan kebanyakan candlestick memiliki ekor atas/ekor bawah atau gabungan keduanya.
- Harga ada diatas kumo Ichimoku

Chart diatas adalah saham INAF yang kalau anda perhatikan dengan seksama mengandung ciri-ciri fase 2 yang saya jabarkan diatas tadi. Ingat Bahwa, meski, beberapa contoh pertama ini menggunakan chart dari saham, namun, fase ini berlaku untuk semua instrumen keuangan. Setelah ini, saya juga akan memberikan contoh dari pasar forex.
Lalu, strategi trading terbaik apa yang bisa digunakan di dalam fase bullish ini?
Sederhananya adalah ketika market sedang dalam keadaan bergerak naik, maka kita bisa menunggangi momentum kenaikan tersebut dengan 2 macam cara, yaitu:
a. Beli ketika harga turun
Jika harga naik, pasti ada titik jenuh dimana para buyer akan mereliasasikan profit yang sudah didapat. Akibatnya harga akan turun ke level-level tertentu. Di saat saat itulah, anda dapat melakukan pembelian Sehingga saat market bergerak naik selanjutnya, anda juga dapat mendapatkan kesempatan untuk profit.
Contohnya:

b.Beli ketika breakout
Di fase bullish, Para buyer sangat agresif untuk menyerap semua order sell yang ada di market. Sehingga hal yang normal jika harga terus bergerak ke level yang lebih tinggi. Strategi ini memanfaatkan momentum pergerakan naik ke atas yaitu ketika harga menembus ke atas harga tertinggi terakhir.
Contoh…

Ada 3 macam cara untuk trading breakout yaitu beli sebelum harga breakout, beli ketika harga dalam proses breakout dan beli ketika harga turun untuk menguji level suport barunya. Di dalam chart crude oil diatas ini, saya memberikan contoh trading ketika harga dalam proses breakout dan ketika harga turun menguji level yang baru dibreak tersebut.
Fase #3: Distribusi
Fase distribusi sekilas memang memiliki bentuk yang sama persis seperti fase akumulasi. Yang membuat beda hanya, fase ini terjadi setelah market mengalami kenaikan yang cukup panjang. Buyer sudah tidak tertarik untuk melakukan pembelian, dan cenderung menjaga kestabilan harga sampai mereka mendapatkan informasi fundamental terkait yang digunakan untuk melakukan penaksiran nilai yang baru.
Umumnya, di dalam fase distribusi ini anda akan jumpai hal-hal berikut ini:
- Fase distribusi bisa berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun.
- Kumo di Ichimoku bergerak mendatar.
- Harga cenderung bergerak naik turun disekitar kumo Ichimoku.
- Harga bergerak mendatar diantara suport dan resisten tertentu.
- Banyak terjadi false-break

Strategi trading yang dipakai di fase distribusi ini adalah sama dengan yang digunakan di fase akumulasi, yaitu beli di batas bawah area konsolidasi (suport) dan jual dibatas atasnya (resisten).
Saat kita menjumpai fase distribusi ini, tidak ada jaminan bahwa harga akan berbalik arah dari ini. Tapi, fase ini dapat memberikan kita semacam alarm awal bahwa potensi kekuatan beli semakin melemah disini dan kekuatan jual bisa menguat dan mengambil alih market ketika berhasil breakdown lembah dari market ranging ini.
Dan ketika hal tersebut terjadi, maka siklus market akan berubah masuk ke stage 4 – trend down (bearish).
Warning!
Hindari trading ditengah-tengah area fase distribusi ini karena merupakan lokasi berdagang yang sangat buruk. Harga dapat dengen müdahale mengayun ke atas atau ke bawah menuju suport atau resisten. Dan ini akan membuat anda di tendang dari market karena stop loss mudah tersentuh.
Siklus #4: Trend Down (Bearish)
Fase bearish membuat market cenderung bergerak turun ke bawah membentuk puncak dan lembah yang lebih rendah dari sebelumnya. Umumnya di dalam fase bearish ini, anda akan menjumpai hal-hal berikut ini:
- Fase ini terjadi setelah market breakout fase distribusi.
- Bisa berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun.
- Lebih banyak hari hari dimana market turun dibandingkan hari-hari dimana market naik.
- Ada lebih banyak candle bearish daripada candle bullish
- Candle bearish berukuran lebih besar dari candle bullish
- Harga ditutup didekat low candlestick
- Harga bergerak dibawah kumo Ichimoku
- Kumo Ichimoku bergerak mengarah ke bawah

Strategi Trading Terbaik Yang Bisa Digunakan
Karena market bergerak, maka strategi terbaik adalah menunggangi pergerakan turun yang terjadi. Hal ini bisa dilakukan di pasar non saham seperti forex, emas, perak, minyak, dan mata uang digital. Untuk ini ada 2 macam cara, yaitu:
a. Jual ketika harga naik
Di dalam fase bearish, tidak mungkin harga bergerak turun terus menerus. Akan ada masa-masa koreksinya dimana harga akan cenderung bergerak menguat ke area resisten, moving average, level fibonacci dan area area value lainnya. Saat hal ini terjadi, merupakan kesempatan baik untuk mencari peluang jual.
Contohnya seperti dibawah ini….

b. Jual ketika terjadi breakout
Peluang jual juga bisa muncul ketika harga breakout dari level suportnya.
Contohnya…

Ada beberapa macam cara trading breakout, salah satunya adalar menjual ketika breakout sedang terjadi ( panah hijau) atau menjual sesudah breakout terjadi (panah merah). Trading breakout ini akan diperdalam lagi di materi kursus online trader juara. Klik link ini jika anda tertarik untuk mendaftar.
Peringatan!
Ketika market dalam keadaan tren bearish, Sangat tidak disarankan untuk melakukan aksi beli menentang tren yang sedang berlangsung. Karena kecenderungan market untuk bergerak turun, maka lebih bijak bila kita mengikuti kemauan market.
Kesimpulan
- Ketika market ada di dalam fase akumulasi atau distribusi, hindari menggunakan strategi trend following. Strategi tersebut tidak akan berguna karena market bergerak naik turun dengan sama kuatnya. Sebaliknya, gunakan strategi trading ranging yaitu beli di suport dan jual di resisten.
- Ketika market ada di fase bullish atau fase bearish, gunakan strategi trading trend following. Ichimoku, moving average, strategi breakout sangat baik untuk menjadi referensi acuan untuk pengambilan posisi trading.
- Kita tidak pernah tahu apakah fase distribusi atau fase konsolidasi dari tren yang sedang berlangsung yang sedang kita hadapai. Karena itu gunakan selalu money management dan kelola resiko anda dengan baik.
Leave a Reply